Sejak bekerja sebagai tenaga medis di Papua, setiap bertemu pasien yang menderita demam disertai sindroma malaria (menggigil, berkeringat, myalgia, sakit kepala, splenomegali, dll), diagnosis yang pertama terlintas dalam kepala saya adalah malaria sebelum memikirkan diagnosis banding yang lain. Mungkin hal ini juga dialami oleh sejawat yang bekerja di daerah endemis malaria yang lain. Dalam kenyataannya banyak pasien dengan gejala-gejala tersebut ternyata bukan malaria setelah dilakukan pemeriksaan apus darah tepi (dalam pengalaman saya, hal ini juga berkaitan dengan kemampuan mikroskopisnya).
Mungkin hasil penelitian yang dilakukan di Afrika pada bulan Desember 2009 dapat membuktikan hal ini.
"There was a considerable reduction of the proportion of malaria among fevers over time in Africa. This decline provides evidence for the policy change from presumptive anti-malarial treatment of all children with fever to laboratory diagnosis and treatment upon result. This should insure appropriate care of non-malaria fevers and rationale use of anti-malarials"
Maybe it's time to rethinking our act to examine and treat malaria patients. Especially P2M guys out there :p
KZ6T9GFAWP2W
Tidak ada komentar:
Posting Komentar